Rabu, 29 April 2009

Anastesi

yang kita lakukan hanya menyulam sepi. mungkin jadi endera dengan lambang
aneka mimpi. lalu kita kibarkan,setengah tiang tentunya, di langitlangit kertas yang kita anyam sendiri. kenapa tak kita cobahirup busuk bunga atau wanginya luka. atau sesekali kita cicipi anyir airmata, lalu di perjamuan malam kita teguk nanah bersama

kita adalah tamu di depan sebuah rumahtanpa pintu. Rumah entah. Kenapa tak kita bangun istana. Atau mungkin sebuah penjara untuk jiwa kita yang masih manusia. Sebab kebebasan adalah horizon di peluk impian senja; remangremang maha menakjubkan

maka kita adalah bayangbayang. Kita juga pernah bukukan cahaya dan sabdasabda purnama. Kita tak pernah malu berairmata, seperti embun disetubuhi mentari. Kita tak juga bangga berluka,tak seperti senyum kemarau pada petani

kita berdiri. Sekedar menanti tersusun mimpi. Sendirisendiri. Mencari arti kerakak di atas batu. Atau tarian lentera di tengah badai yang andai. Kita telusuri jejakjejak kaki, namun kaki tanggal sebelum nanti henti

kita di episentrum. Tapi kita rasa tak pun. Hanya disekitar makin bisu. Kita melayang makin ringan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar