Mungkin tak selamanya bersama itu menyenangkan. Tapi kesendirian tetap saja jauh dari kata nyaman. Sedangkan sekelumit rindu di bening airmatamu tadi pagi, membuatku mengerti. Sayang, engkau cantik sekali tadi pagi…
Adalah frase usang yang akan menghampiri malam-malam setelah esok hari. Menunggu itu menakjubkan. Dan semoga kerinduan membawa canda tawa kita pada pagi yang nanti.
Aku menunggumu disini…di sisi sepi dan gemericik resah pagi. Mengenang sembari berharap setiap kenangan akan berulang dengan membawa serta makna dan cita yang mengingatkanku betapa engkau mengagumi pagi itu…
Pagi…saat kita membuat nyata semesta asa yang bersemayam di dada. Bukan apaapa, hanya sekedar minum segelas the hangat dan sekotak martabak yang tak habis kita makan tadi malam. Sambil menikmati hilir mudik burung gereja di kerindangan pohon yang entah kapan ditanam.
Subhanalloh, hanya seperti itu pun membuatku benar2 bahagia…
Tadi pagi, ketika airmata itu menghiasi pipimu yang merona merah –dan aku senang menyebutmu humairo’-, sungguh tak ku sangka, bahwa perpisahan yang sementara pun dapat menggoreskan luka yang nyata, luka yang membuatku tersenyum dan berbisik ‘aku mencintaimu Sayang…’
Ingatkah ketika kita dalam perjalanan itu? Bahkan decit roda kereta iri pada kemesraan kita. Apa yang kau rasakan ketika bisa duduk berdua dengan gadis yang engkau cintai dan dia pun mencintaimu? Apa yang engkau rasakan ketika menggenggam erat tangan seorang gadis yang sebelumnya tak pernah kau pegang? Apa yang engkau rasakan ketika seorang gadis merebahkan kepalanya di bahumu?…dan engkau tahu, bahwa gadis itu adalah istrimu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar