Senin, 15 Juni 2009

Setelah diamku



Dan kesunyian yang sengaja ku ciptakan di dinding kamar kita, mengajakku berlari. Berkejaran dengan mimpi, lalu sembunyi. Tapi aku makin tak mengerti, arti semesta labirin airmata. Di pipimu. Maka di pintu lemari itu… di samping kaca tempatku dan dirimu mengukur waktu; ada secarik asa…

Aku tak lagi ingin berlari. Namun kadang dan seringkali, aku memilih pintu di sudut-sudut mataku. Dan kita pun bersitatap, dari pintu masingmasing.
Ada gemuruh dan bising. Berpusing dalam dada, dan kata.

Sungguh, aku tak mengenalmu saat itu… kecuali bahwa engkau adalah gadis yang ayu, yang kunikahi karena agamamu…

adapun deras bulir mutiara di merah pipimu dan isak tertahan di antara gelap, memaksaku merajuk padaNya… ah…lagi-lagi aku tak mampu. sembunyikan diri dan mimpi. antara tangisku sendiri…

Namun bulir airmatamu mematahkan keegoisanku…aku tak ingin engkau melihatku menangis…namun aku juga tak bisa membiarkanmu menangisi kesunyianku…

dan belantara kesedihan yang aku takjubkan, bersicepat dengan ketakutan : ‘maka nikmat Robb-mu yang manakah yang kamu dustakan?’

Aku sekedar mengingatkanmu, barangkali engkau lupa…dan akupun kadang bahkan seringkali lupa, maka ingatkanlah aku…

aku mencintaimu sayang…

1 komentar: